Hidup bahagia dengan segudang harta tentu harapan setiap manusia. Dengan
memiliki harta, kita dapat menabung untuk masa depan, membeli barang-barang
yang kita butuhkan dalam hidup. Bahkan dewasa ini, orang dengan derajat ekonomi
tinggi, menengah atau bawah, mayoritas
mereka sebagai berprilaku konsumeristik. Ia mengabaikan bagaimana proses
terciptanya apa yang di konsumsi atau yang dipakai membuat ia lupa akan
bersyukur.
Kekayaan Setiap orang ketika memiliki harta yang berlebih, tentu pada saat
itu juga dia akan buta akan sekitarnya. Tidak sedikit dari mereka yang
menyadari akan pentingnya berbagi dengan kalangan yang membutuhkan. Namun tidak
sedikit pula mereka yang ‘hanya’ merasa iba, kasihan terhadap nasib orang-orang
yang kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Kebanyakan dari mereka
yang berkecukupan atau bahkan mampu, sering berat untuk memberikan sebagian
harta atau apa yang dimilikinya pada seseorang yang membutuhkannya. Ia berniat
dengan uang itu nanti untuk beli suatu barang yang disukainya. Padahal ketika
sudah dibeli, barang itu menjadi rongsokan tak berarti. Kemudian ia menyesali
keputusannya. Itulah manusia, yang hatinya gampang terprovokasi oleh makhluk
yang abadi mengganggunya (jin/ syetan).
Niat mulia itu sangat dianjurkan oleh agama manapun. Mari kita
berandai-andai sebentar. Lihatlah dari data-data statistik yang adarakyat
miskin ada puluhan juta jiwa. Jika rakyat dengan tingkat ekonomi menengah
keatas mau secara rutin menyisihkan harta untuk rakyat miskin. Berapa puluh
juta jiwa yang hidupnya terangkat. Hal semacam itu menjadi berkah yang luar
biasa untuk kehidupan dikemudian hari. Ingat niat itu dengan tulus ikhlas,
tanpa didasari kesombongan, unsur politik, tahta kedudukan untuk meraup simpati
suara dari masyarakat (misal. Ketika Pemilukada).
Mari belajar dari sebuah pohon yang rimbun dengan banyak dedaunan yang
tumbuh. Setiap orang yang berteduh dibawahnya, pohon itu memberikan kesejukan
dan melindunginya dari panas matahari, menyimpan air untuk kehidupan disekitarnya,
bahkan sebagian tubuhnya yaitu ranting pohon rela diambil untuk kepentingan
manusia misal untuk kayu bakar memasak. Tidak hanya dengan manusia, dengan
makhluk yang menjijikkan seperti ulat ia pun rela daunnya di makan sampai habis
untuk pertumbuhan ulat tersebut menjadi kupu-kupu yang indah.pohon itu
menyadari memberikan sebagian yang dimiliki
tidak akan mengurangi hartanya. Justru sebaliknya, ia senang dengan daun
tidak lebat membuat ia tidak roboh diterjang angin kencang, pada saatnya
hartanya berupa dedadunan tumbuh lagi, dan si ulat pun tak lupa berterimakasih
ketika menjadi kupu-kupu yang indah bagi mata yang memandang dengan ikut
mambantu penyerbukan bunga di pohon
tersebut, agar bijinya dapat disebar disekitarnya.
Syetan/ makhluk yang terkutuk oleh
Tuhan menyadari bahwa manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Sang
Pencipta. Kesempurnaan manusia dibuktikan dengan diberikannya akal untuk ia
berpikir. Tumbuhan dan hewan jika diijinkan bicara, ia akan iri dengan apa yang
dimiliki manusia.
Mari kita belajar lebih bijak dalam
menjalani hidup ini, untuk saling berbagi, karena berkorban itu indah.
No comments:
Post a Comment